Mulai radio islami hingga kitab 189 gaya bersetubuh.
Kalau ditanya siapa tokoh nasional kita yang paling jago mengarang lelucon, sangat mungkin orang akan lebih dulu menyebut nama Gus Dur — tokoh Islam pembela kebebasan beragama yang sering dihalalkan darahnya di situs-situs para maniak agama. Berikut adalah sejumlah humor ala Gus Dur yang dikutip Blog Berita dari Gus Dur Net.
Doa Mimpi Matematika
Jauh sebelum menjadi Presiden, Gus Dur dikenal sebagai penulis yang cukup produktif. Hampir tiap pekan tulisannya muncul di koran atau majalah. Tema tulisannya pun beragam, dari soal politik, sosial, sastra, dan tentu saja agama.
Pernah dia mengangkat soal puisi yang ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun yang dimuat majalah Zaman. Kata Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih jujur dalam mengungkapkan keinginannya. Enggak percaya? Baca saja puisi yang dibuat oleh Zul Irwan ini:
Tuhan …
berikan aku mimpi malam ini
tentang matematika
yang diujikan besok pagi
Tiga Polisi Jujur
Gus Dur sering terang-terangan ketika mengkritik. Tidak terkecuali ketika mengkritik dan menyindir polisi.
Menurut Gus Dur di negeri ini hanya ada tiga polisi yang jujur. “Pertama, patung polisi. Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng (mantan Kapolri).”
Lainnya? Gus Dur hanya tersenyum.
189 Gaya Bersetubuh
Ketika semua pihak berteriak “Musnahkan pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena nggak sesuai dengan syariat Islam,” Gus Dur justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha mengambil contoh dari sisi pandangan Islam tentang porno tersebut.
Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab interview dengan Jaringan Islam Liberal, Gus Dur menyebut kita Raudlatul Mu’aththar sebagai korban tentang kesalahan memandang pengertian daripada kata porno.
“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar (The Perfumed Garden, Kebun Wewangian) itu merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya tata cara bersetubuh dengan 189 gaya, ha … ha … ha. Kalau gitu, kitab itu cabul dong?”
Guyon dengan Fidel Castro
Nah, ini yang jadi guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi Presiden RI saat berkunjung ke Kuba dan bertemu pemimpin Kuba, Fidel Castro.
Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel tempat Gus Dur dan rombongannya menginap selama di Kuba. Dan mereka pun terlibat pembicaraan hangat, menjurus serius. Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan, Gus Dur pun mengeluarkan jurus andalannya, yaitu guyonan.
Beliau bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan di situ. Tahanan pertama bercerita, “Saya dipenjara karena saya anti dengan Che Guevara.” Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba.
Tahanan kedua berkata geram, “Oh kalau saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat perang mulut. Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya. “Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga.
Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat hati, “Karena saya Che Guevara…”
Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur tersebut.
Becak Dilarang Masuk
Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD (buku Setahun bersama Gus Dur, kenangan menjadi menteri di saat sulit) tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik.
Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki oleh becak.
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini,” bentak pak polisi. “Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak .
“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,” jawab si tukang becak sambil cengengesan.
Radio Islami
Seorang Indonesia yang baru pulang menunaikan ibadah haji terlihat marah-marah.
“Lho kang, ngopo (kenapa) ngamuk-ngamuk mbanting radio?” tanya kawannya penasaran.
“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram. Temannya terpaku kebingungan. “Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji Al-Qur’an terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut tok. Radio begini kok dibilang radio Islami.”
“Sampean tahu ini radio Islami dari mana?”
“Lha…, itu bacaannya ‘all-transistor’, pakai ’Al’.”
0 komentar:
Posting Komentar